Halaman

Sabtu, 16 Juni 2012

MUSEUM SITUS SANGIRAN (The Home Land Of Java Man)



I.       Sejarah Situs Sangiran

1.1.            Pertama ditemukan dan pengembangan sampai sekarang
Tahun 1893
Untuk pertama kali Sangiran didatangi peneliti Eugene Dubois. Tetapi penelitian singkat itu tidak menghasilkan temuan yang dicari sehingga dokter dan ahli anatomi tidak berminat melanjutkannya
Tahun 1932
Untuk pertama kali wilayah Sangiran dipetakan oleh LJC van Es ke dalam peta geologi berskala 1:20.000
Tahun 1934
Dengan berpedoman pada peta tersebut, GHR von Koenigswald untuk pertama kali melakukan survei eksploratif dan berhasil menemukan berbagai peralatan manusia purba.
Tahun 1936
Seorang penduduk menyerahkan sebuah fosil temuannya kepada GHR von Koenigswald yang ternyata adalah rahang kanan manusia purba. Temuan ini tercatat sebagai temuan pertama fosil manusia purba dari Sangiran yang kemudian diberinya kode S1 (Sangiran 1).
Tahun 1937 sd 1941
Dengan bantuan penduduk setempat pada tahun 1937, 1938, 1939 dan 1941 Von Koenigswald berhasil menemukan fosil manusia purba Homo erectus.
Tahun 1969
Ditemukan fosil Homo erectus terlengkap di Indonesia sekaligus merupakan satu-satunya fosil terlengkap di Asia yang ditemukan beserta dengan wajahnya.
Tahun 1977
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 070/0/1977 tanggal 15 Maret 1977, daerah Sangiran ditetapkan sebagai daerah Cagar Budaya yang dilindungi oleh undang-undang.
Tahun 1977
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Jogjakarta mulai melakukan penelitian secara intensif hingga sekarang yang diantaranya berhasil menghimpun fosil-fosil manusia dari Formasi Pucangan dan Grenzbank. Selain itu, juga menemukan gigi geraham hominid dan fosil binatang yang terletak pada Formasi Kabuh yang berkonteks dengan beberapa alat batu masif dan serpih.
Tahun 1988
Dalam rangka kepentingan kepariwisataan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi mendirikan Museum Prasejarah Sangiran. Museum ini terletak di Desa Krikilan, di samping sebagai obyek wisata juga sebagai ajang pendidikan dan penelitian.
8 Oktober 1993
Transaksi fosil tengkorak manusia purba (Pithtchantrophus erectus) terjadi antara penduduk Sangiran dan Dr Donald Tyler seharga Rp 3.800.000. Sindikat fosil itu dapat terbongkar, tetapi tidak ada proses tindak lanjut secara hukum dari pelakunya.
20-23 Mei 1994
Pemerintah mulai melakukan pengembangan Situs Sangiran dengan penyelenggaraan pertemuan-pertemuan yang dalam kesempatan ini bertema "Studi Perlindungan dan Pengembangan Situs Sangiran".
4-6 April 1995
Evaluasi Hasil Studi Perlindungan dan Pengembangan Situs Sangiran.
8-10 Juni 1995
Penyusunan Naskah Nominasi Situs Sangiran untuk diusulkan ke dalam Daftar Warisan Dunia.
11-13 September 1995
Studi Rencana Induk/Master Plan Pengembangan Situs Sangiran dilakukan.
Tahun 1995
Menyadari pentingnya nilai Situs Sangiran bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan khususnya maslah pemahaman evolusi manusia dan lingkungan alam, pemerintah mengusulkan situs ini ke UNESCO untuk dapat dimasukkan ke dalam World Heritage List atau daftar warisan dunia.
17 Januari 1996
Rapat Evaluasi Studai Master Plan (Rencana Induk) Situs Sangiran.
5 Desember 1996
Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (World Culture Heritage) oleh UNESCO sebagai kawasan "The Early Man Site" dengan No Penetapan (World Heritage List) C 593.
Januari 1997
Mawardi, penduduk setempat menemukan fosil atau tengkorak Homo erectus.
23 April 2002
Rapat rencana kerja pmda Sragen untuk pengembangan Sangiran tahun 2002 dengan materi rapat: rencana pembentukan Badan Otorita Daerah, pengembangan infra struktural kawasan Sangiran untuk pariwisata, pembangunan menara pandang di Desa Pagerejo.
Mei 2002
Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Karanganyar bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian Universitas Sebelas Maret Surakarta mengadakan studi kelayakan terhadap tempat pembuangan sampah akhir di Desa Dayu dan Desa Jeruk Sawit, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Hasil Penelitian menyatakan kedua empat tersebut layak untuk dijadikan tempat pembuangan sampah akhir.

17 Juni 2002
Rapat Koordinasi Pemberdayaan Msyarakat Sangiran bersama Lembaga Pengabdian Masyarakat UNS, Surakarta.
25 Juni 2002
Rapat Koordinasi Pengembangan Sangiran oleh Direktirat Purbakala dan permuseuman di Jakarta.
26 Juni 2002
Rapat Koordianasi Pembentukan Badan Otorita Sangiran yang selanjutnya diberi nama Unit Koordinasi Pengembangan Kawasan Sangiran.
3 Juli 2002
Pertemuan antara Pemerintah Kabupaten Karanganyar dan penduduk Kecamatan Gondangrejo, mengenai arti penting Situs Sangiran di Kecamatan Gandangrejo, Kabupaten Karanganyar, dnegna kesimpulan masyarakat Gondangrejo tidak mendukung keberadaan Situs Cagar Budaya Sangiran dan menghendaki wilayahnya dikeluarkan dari wilayah Cagar Budaya Sangiran.

15 Juli 2002
Pemda Karanganyar mengeluarkan surat No. 430/4071.12 tentang permohonan pencabutan Kecamatan Gondangrejo dikeluarkan dari kawasan Cagar Budaya.
31 Agustus 2002
Pemkab Karanganyar mengeluarkan surat tentang permohonan pencabutan kawasan Cagar Budaya, pada wilayah yang akan digunakan untuk TPA (tempat pembuangan akhir sampah) seluas 13 ha di Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo.
Desember 2002
Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah mulai membenahi Museum Sangiran dengan mengisi vitrin-vitrin dan partisi di ruang pertemuan yang akhirnya berubah menjadi ruang pamer.
Februari 2003
Pemerintah maupun lembaga profesi Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia mengecam rencana Pemkab Karanganyar untuk membangun TPA di Desa Dayu. Alasannya lokasi tersebut merupakan zona inti dari keseluruhan Situs Sangiran dan tidak jauh dari tempat tersebut terbukti potensi terhadap temuan fosil-fosil manusia purba. Pemerintah menyrankan agar calon lokasi tempat pembuangan sampah dipindahkan di Desa Gares, Kecamatan Gondagrejo. Permasalahan konflik ini sampai sekarang masih mengambang.
Tahun 2003
Lembaga profesi Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia mengecam rencana Pemkab Sragen membangun menara pandang dan infrastruktur lainnya di Desa Pagerejo karena daerah tersebut merupakan zonda inti dari Situs Sangiran dan di lokasi tersebut pada 1952 ditemukan fosil manusia purba Megantrophus paleojavanicus yang menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Tapi pihak Pemkab Sragen tetap bersikeras membangun menara pandang dan infrastruktur lainnya untuk kepentingan kepariwisataan.
Tahun 2004
Penyusunan master plan Sangiran yang melibatkan stakeholder terkait.
Juni 2005
Tim penelitian ekskavasi di Desa Dayu menemukan atap tengkorak belakang.
Tahun 2007
Pemerintah membentuk lembaga Unit Pelaksana Teknis setingkat eselon III/a yang mengelola khusus masalah Sangiran dengan nomenklatur Balai Pelestarian Situs Manusia Purba sangiran.
1.2.  Geologis Situs Sangiran

Sangiran merupakan situs arkeologi manusia purba terlengkap di Asia. Areanya seluas 56 km² berada di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah, atau sekitar 15 km utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo. Sangiran memberi informasi lengkap sejarah kehidupan manusia purba meliputi habitat, pola kehidupannya, binatang yang hidup bersamanya, hingga proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun (Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah).

Sementara itu, Museum Sangiran masih berlokasi di sekitaran situs arkeologi  ini. Di sini Anda dapat melihat sekitar 13.809 koleksi fosil manusia purba dan merupakan terlengkap di Asia. Ada juga fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut, alat-alat batu, dan beberapa jenis hewan seperti badak, sapi, rusa, banteng, dan kerbau. Tersedia juga ruang audio visual untuk menyaksikan fosil tinggalan kehidupan masa prasejarah di Sangiran. Museum Sangiran saat ini menjadi sebuah museum megah dengan arsitektur modern. Di isni Anda dapat melihat dari dekat koleksi fosil manusia purba, binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya.

Situs Sangiran merupakan obyek wisata ilmiah yang menarik. Tempat ini memiliki nilai tinggi bagi ilmu pengetahuan dan merupakan aset Indonesia. Sejak tahun 1977 situs Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Tahun 1996 Sangiran terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO sebagai World Heritage (No. 593, dokumen WHC-96/Conf.201/21).

Sejak ditetapkannya sebagai World Heritage oleh UNESCO, Sangiran memberi sumbangannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia khususnya ilmu arkeologi, geologi, paleoanthropologi, dan biologi. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia.

Situs Sangiran mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Gondangrejo di Kabupaten Karanganyar.  Awalnya Situs Sangiran adalah sebuah kubah penelitian yang dinamakan Kubah Sangiran kemudian tererosi bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi akibat pergerakan dari aliran sungai. Pada depresi itu ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau.
Selain itu, terdapat informasi lengkap tentang sejarah kehidupan manusia purba dengan segala hal yang ada di sekelilingnya. Dari soal tempat hidup, pola kehidupannya, satwa yang hidup bersamanya sampai proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun yang lalu.
II.    Stratigrafi Situs Sangiran

Menurut sejarah Geologi, daerah Sangiran mulai terbentuk pada akhir kala plestosen. Aliran Sungai Cemoro yang melintasi wilayah tersebut juga mengakibatkan terkikisnya kubah Sangiran menjadi lembah yang besar yang dikelilingi oleh tebing-tebing terjal dan pinggiran-pinggiran yang landai. Beberapa aktifitas alam di atas mengakibatkan tersingkapnya lapisan tanah/formasi periode pleistocen yang susunannya terbentuk pada tingkat-tingkat pleistocen bawah (lapisan Pucangan), pleistocen tengah (lapisan Kabuh), dan pleistocen atas (lapisan Notopuro). Fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di laipsan-lapisan tersebut berasosiasi dengan fosil-fosil fauna yang setara dengan lapisan Jetis, lapisan Trinil, dan lapisan Ngandong. Konversi tingkatan lapisan tanah/formasi periode situs Sangiran menurut von Koenigswald dapat digambarkan sebagai berikut.

Periode
Lapisan Temuan Fosil
Teknologi
Geologi
Manusia
Fauna
Palaeolithic
Pleistocen
Atas
Notopuro
Ngandong
Tengah
Kabuh
Trinil
Bawah
Pucangan
Jetis


2.1  Formasi Kalibeng

Lapisan stratigrafi tersebut mulai dibentuk pada akhir kala Pliosen yang pada sekitar 2 juta tahun yang lalu itu merupakan lingkungan laut dalam (Formasi Kalibeng). Di dalam lapisan lempung biru, selain mengandung foraminifera dan jenis mollusca laut (turitella, arca, nasarius, dan lain-lain) juga ditemukan fosil ikan, kepiting, dan gigi ikan hiu. Lapisan tanah terbawah ini memiliki umur paling tua dan mendominasi pusat kubah sangiran. Formasi kalibeng dicirikan oleh endapan laut dan gamping.


2.2  Formasi Pucangan
Formasi ini berada diatas lapisan atau formasi kalibeng. Sekitar 1.800.000 – 700.000 tahun yang lalu formasi ini merupakan rawa pantai dan di dalam lapisan ini terbentuk endapan diatomit yang mengandung cangkang diatomea laut. Formasi ini berupa lempung hitam dan mulai terbentuk lu dari endapan lahar Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Formasi Pucangan banyak mengandung fosil manusia purba dan hewan mamalia, antara lain reptil (buaya dan kura-kura), mamalia, rusa, bovidae, gajah, babi, monyet, domba, dan fosil kayu.

2.3  Formasi Grenzbank

Pada 700.000 tahun yang lalu formasi grenzbank terletak diatas formasi Pucangan. terbentuknya formasi ini dikarenakan adanya lipatan di Pegunungan Kendeng sehingga relief baru mengalami erosi dan membentuk endapan konglomerat gamping. Lapisan ini terdiri atas konglomerat silikaan stadium lanjut, Lapisan ini dipakai sebagai tanda batas antara Formasi pucangan dan Formasi Kabuh. Lapisan ini terdiri dari elemen laut dan kerikil terbentuk akibat erosi pegunungan selatan dan Kendeng, Pada Grenzbank banyak ditemukan hewan mamalia, ditemukan pula fosil Homo Erectus.

2.4  Formasi Kabuh
Pada 700.000 – 500.000 tahun yang lalu formasi ini terbentuk akibat adanya lipatan perbukitan sehingga terendapkan danau, pasir, pasir besi bersilang siur dengan konglomerat dan batu gamping. Lipatan tersebut berupa endapan sedimen vulkanik berfasies fluviatil (pasir silang-siur). Endapan ini terjadi karena aktivitas Gunung Merapi dan Gunung Lawu purba yang terjadi pada kala plestosen tengah (500-600 ribu tahun yang lalu). Fauna yang dapat ditemukan pada lapisan ini antara lain fosil harimau, antilope, dan gajah.
2.5  Formasi Notopuro
Formasi Notopuro yang berada pada lapisan teratas di situs Sangiran ini sekitar 500.000 – 250.000 tahun yang lalu dengan litologi breksi laharik dan batu gamping tufaan yang diakibatkan oleh banyaknya aktivitas vulkanik. Di dalam lapisan ini banyak ditemukan artefak batu hasil budaya manusia yang berupa serpih-bilah (sehingga Sangiran dijuluki industri serpih-bilah Sangiran), kapak perimbas, bola batu, kapak penetak, dan kapak persegi. Selain itu, lapisan ini juga ditandai oleh endapan lahar, breksi, pasir dan juga banyak ditemukan alat serpih, fosil kerbau dan kijang.
III.      Alat Budaya Manusia Purba Situs Sangiran
Penelitian yang semakin intensif dilakukan di situs Sangiran Dome berhasil menemukan perkakas lain selain serpih bilah, antara lain polyedric (bola batu) dalam jumlah besar, kapak perimbas, kapak penetak, kapak pembelah, dan perkutor yang ‘sophisticated’.
Berdasarkan informasi, alat-alat batu yang ada di sangiran dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
3.1  Batu Massif
Alat batu massif adalah alat batu dengan ukuran besar dan tebal. Alat ini biasa digunakan manusia purba untuk pekerjaan berat seperti memotong kayu, tulang, serta memecah biji-bijian berkulit keras.

  
  
3.2  Batu non – massif
Batu non massif adalah alat batu dengan ukuran tipis dan kecil. Batu ini digunakan untuk pekerjaan ringan seperti mengiris, menyayat dan memotong maupun menghaluskan benda menjadi lunak.


1V.               Para Peneliti dan Pengembang Situs Sangiran
4.1 G.H.R. Von Koenigswald
Penelitian tentang manusia purba dan binatang purba diawali oleh G.H.R. Von Koenigswald, seorang ahli paleonthologi dari Jerman yang bekerja pada pemerintah Belanda di Bandung pada tahun 1930-an. Beliau adalah orang yang telah berjasa melatih masyarakat Sangiran untuk mengenali fosil dan cara yang benar untuk memperlakukan fosil yang ditemukan. Hasil penelitian kemudian dikumpulkan di rumah Kepala Desa Krikilan, Bapak Totomarsono, sampai tahun 1975.
Pada waktu itu, banyak wisatawan yang datang berkunjung ke tempat tersebut, maka muncullah ide untuk membangun sebuah museum.
Pada awalnya, Museum Sangiran dibangun di atas tanah seluas 1.000 M2 yang terletak di samping Balai Desa Krikilan. Sebuah museum yang representatif baru dibangun pada tahun 1980 karena mengingat semakin banyaknya fosil yang ditemukan dan sekaligus untuk melayani kebutuhan para wisatawan akan tempat wisata yang nyaman. Bangunan tersebut seluas 16.675 M2 dengan ruangan museum seluas 750 M2. Bangunan tersebut bergaya Joglo dan terdiri dari ruang pameran, aula, laboratorium, perpustakaan, ruang audio visual (tempat pemutaran film tentang kehidupan manusia pra sejarah), gudang penyimpanan, mushola, toilet, area parkir, dan kios souvenir (khususnya menjual handicraft “batu indah bertuah” yang bahan bakunya didapat dari Kali Cemoro).
Di Museum Sangiran terus dilakukan pembenahan dan penambahan bangunan maupun fasilitas pendukung untuk mempertegas keberadaannya sebagai warisan dunia yang memiliki peran penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan maupun untuk menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. Museum Sangiran sekarang telah berrevolusi menjadi sebuah museum yang megah dengan arsitektur modern.
Pada tahun 1936, untuk pertama kalinya Von Koenigswald menemukan Mandibula (rahang bawah) Pithecanthropus erectus dan cranium (tengkorak) pada tahun 1937 di tepi Kali Cemoro. Sampai saat ini terdapat lima puluh fosil manusia purba di Situs Sangiran. Sebagai tambahan informasi, takson Homo erectus mengalami tiga tahap evolusi, yaitu Homo erectus arkaik (lebih kekar), Homo erectus tipic (lebih ramping).
4.2  B.D Van Rietschoten
                 Tokoh ini menemukan fosil di Wajak,Tuluagung yang dikenal dengan nama Homo Wadjakensispada tahun 1888
4.3  Eugene Dubois
Pada tahun 1887-1891 dokter dari belanda ini menemukanfosil Pithecantroupus Erectus di Kundung Brubus dan Trinil.

V.  Identifikasi Situs Sangiran sebagai Situs yang Tercatat di UNESCO
Di Sangiran terdapat museum untuk memajang fosil manusia purba, hewan purba, dan peninggalan-peninggalan purba lainnya sehingga kita tidak perlu lagi mengelilingi Sangiran yang luas untuk melihat warisan purba ini. Fosil yang ada di Sangiran salah satunya adalah Meganthropus palaeojavanicus, spesies-spesies hewan dan tumbuhan yang konon berusia antara 1,8 juta sampai 700.000 tahun silam.

Pada penggalian selanjutnya, ditemukan sampai 50 fosil yang berarti temuan fosil manusia purba tertua yang berjalan tegak selama ini, setengahnya berasal dari Sangiran. Oleh karenanya, pada tahun 1996 Sangiran telah diakui United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO), salah satu lembaga di bawah PBB, sebagai salah satu warisan dunia (World Heritage Site). Sejak itu, Sangiran menjadi surga penggalian arkeolog dunia yang hingga kini penggalian dan penelitiannya masih berlangsung.
V1. Data Penemuan Fosil di Situs Sangiran
6.1 Data Penemuan Fosil Tahun 2008
NO
JENIS TEMUAN
HARI / TANGGAL & TEMPAT PENEMUAN
PENEMU
FOTO TEMUAN
1
Tengkorak macan
Rabu, 27 Februari 2008
Ngadinah
35 Tahun
Bukuran RT 11, Kalijambe, Sragen
2
Kepala Banteng
Rabu, 8 Agustus 2008
Dafit Fajar Priyandana
Sragen, 19 - 08 - 1993
Rewungan RT 11 Jetis Karangpung
Kalijambe, Sragen
3
Badak Purba
Kamis, 4 Agustus 2008
Grogolan, Manyarejo, Plupuh
Bambang
Sragen, 25 - 08 - 1972
Krikilan, Kalijambe, Sragen
4
Rahang Bawah kiri gajah purba
Rabu, 8 Agustus 2008
Dangklampok, Ngebung, Kalijambe
Dafit Fajar Priyandanan
Sragen, 19 - 08 - 1993
Rewungan RT 11 Jetis Karangpung, Kalijambe
5
Badak Purba
Kamis, 4 Agustus 2008
Grogolan, Manyarejo, Plupuh, Sragen
Bambang
Sragen, 25 - 08 - 1972
Krikilan, Kalijambe, Sragen
6
Mandibula
Kamis, 18 Agustus 2008
Selatan Dukuh Bubak
Lilik Widiyanto
21 Tahun
Ngampon RT 7 Krikilan, Kalijambe
7
Fragmen hewan
Minggu, 24 Agustus 2008
di Kebun Belakang Rumah
Kamdi
53 Tahun
Dk. Padas, Ds. Ngebung, Kalijabe
8
Homo floresiensis
Sabtu, 3 Oktober 2008
Utara Desa Kertosobo
Purwanto
60 Tahun
Bukuran, Kalijambe, Sragen
9
Fragmen Tulang Gajah Stegodon
Sabtu, 11 Okt 2008
di ladang Bapak Sutadi
Sutadi
50 Tahun
Bukuran RT 10, Kalijambe, Sragen
10
Tanduk kiri Badak Purba
Kamis, 6 Nov 2008
Barat Dukuh Ngampon
Sarindi
46 Tahun
Ngampon, Krikilan, Kalijambe
11
Tanduk Rusa
Kamis, 6 Nov 2008
Utara dukuh Wonolelo
Ngadino
45 Tahun
Wonolelo, Ngebung, Kaliambe
12
Tempurung kepala manusia mojokertensis
Kamis, 13 Nov 2008
Barat Dukuh Bukuran
Eka Budiyanto
-
Bukuran, Kalijambe
13
Tempurung Kepala Sambung macan
Selasa, 28 Nov 2008
Timur Dukuh Ngrejeng
Sri Mulyono
33 Tahun
Pucung, Dayu, Gondangrejo, Karanganyar
14
Rahang Bawah Gajah
Sabtu, 29 Nov 208
Timur Dukuh Ngrejeng
Supriyanto
27 Tahun
Ngrejeng, Dayu, Gondangrejo, Karanganyar
15
Tengkorak Manusia Ngandong
Sabtu, 29 Nov 2008
Timur Dukuh Ngrejeng
Sutris
-
Ngrejeng, Dayu, Gondangejo, Karanganyar

6.2 DATA PENEMUAN FOSIL TAHUN 2009
NO
JENIS TEMUAN
HARI / TANGGAL & TEMPAT PENEMUAN
PENEMU
FOTO TEMUAN
1
- Kerang Mutiara
Sekitar Bulan Februari 2009
Dk. Brangkal, Kec. Gemolong
Subur
-
Krikilan, Kalijambe
2
-molusca
Senin, 16 Februari 2009
Dk. Grogolan, Manyarejo, Plupuh
Bambang S
35 Tahun
Krikilan, Kalijambe
3
-tengkorak buaya
Kamis, 22 Januari 2009
Pucung, Dayu, Gondanrejo Karanganyar
Prato Suwito
65 Tahun
Pucung RT 1 Dayu, Gondangrejo, Karanganyar
4
-Rahang Atas Badak Purba
Kamis, 22 Januari 2009
Pucung, Dayu, Gondangrejo Karanganyar
Wijianto
45 Tahun
Pucung RT 1 Dayu, Gondangrejo, Karanganyar
5
-Rahang Bawah Stegodon
-Tulang Kaki Gajah
Kamis, 22 Januari 2009
Pucung, Dayu, Gondangrejo Karanganyar
Tukimin
60 Tahun
Pucung RT 1 Dayu, Gondangrejo, Karanganyar






6
-Gading Gajah Stegodon
-Kaki Gajah
Kamis, 26 Februari 2009
Lereng Utara Dk. Pablengan, Krikilan, Kalijambe
Citro Wiyono
55 Tahun
Pablengan, Krikilan, Kalijambe
7
Tanduk Rusa
Jum'at 27 Februari 2009
Lereng Sebelah Timur Ds. Wonolelo, Ngebung, Kalijambe
Ngadino
43 Tahun
Wonolelo, Ngebung, Kalijambe
8
Fragmen Gading Gajah
Rabu, 4 Maret 2009
Dk. Grogolan, Manyarejo, Plupuh
Setu
45 Tahun
Grogolan, Manyarejo, Plupuh
9
 Molusca
Rabu, 4 Maret 2009
Dk. Groolan, Manyarejo, Plupuh
Siswanto
50 Tahun
Grogolan RT 10 Manyarejo, Plupuh
10
- Bola Batu
Selasa, 10 Maret 2009
Dk. Grogolan, Manyarejo, Plupuh
Asmorejo
50 Tahun
Grogolan RT 10 Manyarejo, Plupuh
11
Tempurung kura-kura
Sabtu, 14 Maret 2009
Lapisan Tanah Kabuh Atas, Dk. Grogolan, Manyarejo, Plupuh
Supardi
49 Tahun
Grogolan, Manyarejo, Plupuh
12
Crocodillus
Sabtu, 14 Maret 2009
Lapisan Kabuh, Grogolan, Manyarejo, Plupuh
Sukirno
36 Tahun
Grogolan RT 10 Manyarejo, Plupuh



VII.  Foto – Foto Siswa XI Imersi 2 di Situs Sangiran





























DAFTAR PUSTAKA

Annonymous. 2012. Sejarah Situs Sangiran. [http://indripelangi.blogspot.com/. Diakses pada 15  Mei 2012 pukul 12.35]
Annonymous. 2010. Stratigrafi Sangiran. [http://slamet-triyono.blogspot.com/. Diakses pada 15 Mei 2012 pukul 12.33]
Annonymous. 2010. Lingkungan Situs Sangiran. [http://history1978.wordpress.com/. Diakses pada 17 Mei 2012 pukul 13.00]
Annonymous. 2011. Sangiran Dome. [http://www.indonesia.travel/id. Diakses pada 17 Mei 2012 pukul 13.00]
Annonymous . 2009. Manusia Purba Di Indonesia. [http://history1978.wordpress.com/. Diakses pada 17 Mei 2012 pukul 13.05]
Annonymous . 2009. Museum Sangiran. [ http://www.visitjawatengah.com/.Diakses pada 20 Mei 2012 pukul 15.34]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar