I.
Sejarah
Situs Sangiran
1.1.
Pertama ditemukan dan pengembangan
sampai sekarang
Tahun 1893
Untuk pertama kali Sangiran
didatangi peneliti Eugene Dubois. Tetapi penelitian singkat itu tidak menghasilkan
temuan yang dicari sehingga dokter dan ahli anatomi tidak berminat melanjutkannya
Tahun 1932
Untuk pertama kali wilayah Sangiran
dipetakan oleh LJC van Es ke dalam peta geologi berskala 1:20.000
Tahun 1934
Dengan berpedoman pada peta
tersebut, GHR von Koenigswald untuk pertama kali melakukan survei eksploratif
dan berhasil menemukan berbagai peralatan manusia purba.
Tahun 1936
Seorang penduduk menyerahkan sebuah
fosil temuannya kepada GHR von Koenigswald yang ternyata
adalah rahang kanan manusia purba. Temuan ini tercatat sebagai temuan
pertama fosil manusia purba dari Sangiran yang
kemudian diberinya kode S1 (Sangiran 1).
Tahun 1937 sd 1941
Dengan bantuan penduduk setempat
pada tahun 1937, 1938, 1939 dan 1941 Von Koenigswald berhasil menemukan
fosil manusia purba Homo erectus.
Tahun 1969
Ditemukan fosil Homo erectus terlengkap
di Indonesia sekaligus merupakan satu-satunya fosil terlengkap di Asia yang
ditemukan beserta dengan wajahnya.
Tahun 1977
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 070/0/1977
tanggal 15 Maret 1977, daerah Sangiran ditetapkan sebagai daerah Cagar Budaya
yang dilindungi oleh undang-undang.
Tahun 1977
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
dan Balai Arkeologi Jogjakarta mulai melakukan penelitian secara intensif
hingga sekarang yang diantaranya berhasil menghimpun fosil-fosil manusia dari
Formasi Pucangan dan Grenzbank. Selain itu, juga menemukan gigi geraham hominid
dan fosil binatang yang terletak pada Formasi Kabuh yang berkonteks dengan
beberapa alat batu masif dan serpih.
Tahun 1988
Dalam rangka kepentingan kepariwisataan,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Departemen Pariwisata,
Pos dan Telekomunikasi mendirikan Museum Prasejarah Sangiran. Museum ini
terletak di Desa Krikilan, di samping sebagai obyek wisata juga sebagai ajang
pendidikan dan penelitian.
8 Oktober 1993
Transaksi fosil tengkorak manusia
purba (Pithtchantrophus erectus) terjadi antara penduduk Sangiran dan Dr
Donald Tyler seharga Rp 3.800.000. Sindikat fosil itu dapat terbongkar,
tetapi tidak ada proses tindak lanjut secara hukum dari pelakunya.
20-23 Mei 1994
Pemerintah mulai melakukan
pengembangan Situs Sangiran dengan penyelenggaraan pertemuan-pertemuan yang
dalam kesempatan ini bertema "Studi Perlindungan dan Pengembangan
Situs Sangiran".
4-6 April 1995
Evaluasi Hasil Studi Perlindungan
dan Pengembangan Situs Sangiran.
8-10 Juni 1995
Penyusunan Naskah Nominasi Situs
Sangiran untuk diusulkan ke
dalam Daftar Warisan Dunia.
11-13 September 1995
Studi Rencana Induk/Master Plan
Pengembangan Situs Sangiran dilakukan.
Tahun 1995
Menyadari pentingnya nilai Situs
Sangiran bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan khususnya maslah pemahaman
evolusi manusia dan lingkungan alam, pemerintah mengusulkan situs ini ke UNESCO
untuk dapat dimasukkan ke dalam World Heritage List atau daftar warisan dunia.
17 Januari 1996
Rapat Evaluasi Studai Master Plan
(Rencana Induk) Situs Sangiran.
5 Desember 1996
Situs Sangiran ditetapkan sebagai
Warisan Budaya Dunia (World Culture Heritage) oleh UNESCO sebagai kawasan "The
Early Man Site" dengan No Penetapan (World Heritage List) C 593.
Januari 1997
Mawardi, penduduk setempat menemukan
fosil atau tengkorak Homo erectus.
23 April 2002
Rapat rencana kerja pmda Sragen
untuk pengembangan Sangiran tahun 2002 dengan materi rapat: rencana pembentukan
Badan Otorita Daerah, pengembangan infra struktural kawasan Sangiran untuk
pariwisata, pembangunan menara
pandang di Desa Pagerejo.
Mei 2002
Badan Perencana Pembangunan Daerah
Kabupaten Karanganyar bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
Lembaga Penelitian Universitas Sebelas Maret Surakarta mengadakan studi
kelayakan terhadap tempat pembuangan sampah akhir di Desa Dayu dan Desa Jeruk
Sawit, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Hasil Penelitian
menyatakan kedua empat tersebut layak untuk dijadikan tempat pembuangan sampah
akhir.
17 Juni 2002
17 Juni 2002
Rapat Koordinasi Pemberdayaan
Msyarakat Sangiran bersama Lembaga Pengabdian Masyarakat UNS, Surakarta.
25 Juni 2002
Rapat Koordinasi Pengembangan
Sangiran oleh Direktirat Purbakala dan permuseuman di Jakarta.
26 Juni 2002
Rapat Koordianasi Pembentukan Badan
Otorita Sangiran yang selanjutnya diberi nama Unit Koordinasi Pengembangan
Kawasan Sangiran.
3 Juli 2002
Pertemuan antara Pemerintah
Kabupaten Karanganyar dan penduduk Kecamatan Gondangrejo, mengenai arti penting
Situs Sangiran di Kecamatan Gandangrejo, Kabupaten Karanganyar, dnegna
kesimpulan masyarakat Gondangrejo tidak mendukung keberadaan Situs Cagar Budaya
Sangiran dan menghendaki wilayahnya dikeluarkan dari wilayah Cagar Budaya
Sangiran.
15 Juli 2002
15 Juli 2002
Pemda Karanganyar mengeluarkan surat
No. 430/4071.12 tentang permohonan pencabutan Kecamatan Gondangrejo dikeluarkan
dari kawasan Cagar Budaya.
31 Agustus 2002
Pemkab Karanganyar mengeluarkan
surat tentang permohonan pencabutan kawasan Cagar Budaya, pada wilayah yang
akan digunakan untuk TPA (tempat pembuangan akhir sampah) seluas 13 ha di Desa
Dayu, Kecamatan Gondangrejo.
Desember 2002
Dinas Pariwisata Provinsi Jawa
Tengah mulai membenahi Museum Sangiran dengan mengisi vitrin-vitrin dan partisi
di ruang pertemuan yang akhirnya berubah menjadi ruang pamer.
Februari 2003
Pemerintah maupun lembaga profesi
Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia mengecam rencana Pemkab Karanganyar untuk
membangun TPA di Desa Dayu. Alasannya lokasi tersebut merupakan zona inti dari
keseluruhan Situs Sangiran dan tidak jauh dari tempat tersebut terbukti potensi
terhadap temuan fosil-fosil manusia purba. Pemerintah menyrankan agar calon
lokasi tempat pembuangan sampah dipindahkan di Desa Gares, Kecamatan
Gondagrejo. Permasalahan konflik ini sampai sekarang masih mengambang.
Tahun 2003
Lembaga profesi Ikatan Ahli
Arkeologi Indonesia mengecam rencana Pemkab Sragen membangun menara pandang dan
infrastruktur lainnya di Desa Pagerejo karena daerah tersebut merupakan zonda
inti dari Situs Sangiran dan di lokasi tersebut pada 1952 ditemukan fosil
manusia purba Megantrophus paleojavanicus yang menggemparkan dunia ilmu
pengetahuan. Tapi pihak Pemkab Sragen tetap bersikeras membangun menara pandang
dan infrastruktur lainnya untuk kepentingan kepariwisataan.
Tahun 2004
Penyusunan master plan Sangiran yang
melibatkan stakeholder terkait.
Juni 2005
Tim penelitian ekskavasi di Desa
Dayu menemukan atap tengkorak belakang.
Tahun 2007
Pemerintah membentuk lembaga Unit
Pelaksana Teknis setingkat eselon III/a yang mengelola khusus masalah Sangiran
dengan nomenklatur Balai Pelestarian Situs Manusia Purba sangiran.
1.2. Geologis
Situs Sangiran
Sangiran merupakan
situs arkeologi manusia purba terlengkap di Asia. Areanya seluas 56 km² berada
di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah, atau sekitar 15 km
utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo.
Sangiran memberi informasi lengkap sejarah kehidupan manusia purba meliputi
habitat, pola kehidupannya, binatang yang hidup bersamanya, hingga proses
terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun
(Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah).
Sementara itu, Museum
Sangiran masih berlokasi di sekitaran situs arkeologi ini. Di sini Anda
dapat melihat sekitar 13.809 koleksi fosil manusia purba dan merupakan
terlengkap di Asia. Ada juga fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang
air, batuan, fosil tumbuhan laut, alat-alat batu, dan beberapa jenis hewan
seperti badak, sapi, rusa, banteng, dan kerbau. Tersedia juga ruang audio
visual untuk menyaksikan fosil tinggalan kehidupan masa prasejarah di Sangiran.
Museum Sangiran saat ini menjadi sebuah museum megah dengan arsitektur modern.
Di isni Anda dapat melihat dari dekat koleksi fosil manusia purba, binatang
yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya.
Sejak ditetapkannya
sebagai World Heritage oleh UNESCO, Sangiran memberi sumbangannya
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia khususnya ilmu arkeologi,
geologi, paleoanthropologi, dan biologi. Dilihat dari hasil temuannya, Situs
Sangiran merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia.
Situs Sangiran mencakup tiga
kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta
Gondangrejo di Kabupaten Karanganyar. Awalnya Situs Sangiran adalah
sebuah kubah penelitian yang dinamakan Kubah Sangiran kemudian tererosi
bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi akibat pergerakan dari
aliran sungai. Pada depresi itu ditemukan lapisan tanah yang mengandung
informasi tentang kehidupan di masa lampau.
Selain itu, terdapat informasi
lengkap tentang sejarah kehidupan manusia purba dengan segala hal yang ada di
sekelilingnya. Dari soal tempat hidup, pola kehidupannya, satwa yang hidup
bersamanya sampai proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang
dari 2 juta tahun yang lalu.
II. Stratigrafi Situs Sangiran
Menurut sejarah
Geologi, daerah Sangiran mulai terbentuk pada akhir kala plestosen.
Aliran Sungai Cemoro yang melintasi wilayah tersebut juga mengakibatkan
terkikisnya kubah Sangiran menjadi lembah yang besar yang dikelilingi oleh
tebing-tebing terjal dan pinggiran-pinggiran yang landai. Beberapa aktifitas
alam di atas mengakibatkan tersingkapnya lapisan tanah/formasi periode pleistocen
yang susunannya terbentuk pada tingkat-tingkat pleistocen bawah (lapisan
Pucangan), pleistocen tengah (lapisan Kabuh), dan pleistocen atas
(lapisan Notopuro). Fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di laipsan-lapisan
tersebut berasosiasi dengan fosil-fosil fauna yang setara dengan lapisan Jetis,
lapisan Trinil, dan lapisan Ngandong. Konversi tingkatan lapisan tanah/formasi
periode situs Sangiran menurut von Koenigswald dapat digambarkan sebagai
berikut.
Periode
|
Lapisan Temuan Fosil
|
|||
Teknologi
|
Geologi
|
Manusia
|
Fauna
|
|
Palaeolithic
|
Pleistocen
|
Atas
|
Notopuro
|
Ngandong
|
Tengah
|
Kabuh
|
Trinil
|
||
Bawah
|
Pucangan
|
Jetis
|
2.1 Formasi
Kalibeng
2.2 Formasi
Pucangan
2.3 Formasi Grenzbank
Pada 700.000 tahun yang lalu formasi grenzbank terletak diatas
formasi Pucangan. terbentuknya
formasi ini dikarenakan adanya lipatan di Pegunungan Kendeng sehingga relief
baru mengalami erosi dan membentuk endapan konglomerat gamping. Lapisan ini
terdiri atas konglomerat silikaan stadium lanjut, Lapisan ini dipakai sebagai tanda
batas antara Formasi pucangan dan Formasi Kabuh.
Lapisan ini terdiri dari elemen laut dan kerikil terbentuk akibat erosi
pegunungan selatan dan Kendeng, Pada Grenzbank banyak ditemukan hewan
mamalia, ditemukan pula fosil Homo Erectus.
2.4 Formasi Kabuh
Pada 700.000 – 500.000
tahun yang lalu formasi ini terbentuk akibat adanya lipatan perbukitan sehingga
terendapkan danau, pasir, pasir besi bersilang siur dengan konglomerat dan batu
gamping. Lipatan tersebut berupa endapan sedimen vulkanik berfasies fluviatil (pasir silang-siur).
Endapan ini terjadi karena aktivitas Gunung Merapi dan Gunung Lawu purba yang
terjadi pada kala plestosen tengah (500-600 ribu tahun yang
lalu). Fauna yang dapat ditemukan pada lapisan ini antara lain fosil harimau,
antilope, dan gajah.
2.5 Formasi
Notopuro
Formasi
Notopuro yang berada pada lapisan teratas di situs Sangiran ini sekitar 500.000 –
250.000 tahun yang lalu dengan litologi breksi laharik dan batu gamping tufaan
yang diakibatkan oleh banyaknya aktivitas vulkanik. Di dalam lapisan ini banyak
ditemukan artefak batu hasil budaya manusia yang berupa serpih-bilah (sehingga
Sangiran dijuluki industri serpih-bilah Sangiran), kapak perimbas, bola batu,
kapak penetak, dan kapak persegi. Selain
itu, lapisan ini juga ditandai oleh endapan lahar, breksi, pasir dan juga banyak
ditemukan alat serpih, fosil
kerbau dan kijang.
III.
Alat Budaya Manusia Purba Situs Sangiran
Penelitian yang semakin intensif dilakukan
di situs Sangiran Dome berhasil menemukan perkakas lain selain serpih
bilah, antara lain polyedric (bola batu) dalam jumlah besar, kapak
perimbas, kapak penetak, kapak pembelah, dan perkutor yang ‘sophisticated’.
3.1 Batu
Massif
Alat batu massif adalah alat batu dengan ukuran
besar dan tebal. Alat ini biasa digunakan manusia purba untuk pekerjaan berat
seperti memotong kayu, tulang, serta memecah biji-bijian berkulit keras.
Batu non massif adalah alat batu dengan ukuran
tipis dan kecil. Batu ini digunakan untuk pekerjaan ringan seperti mengiris,
menyayat dan memotong maupun menghaluskan benda menjadi lunak.
1V. Para Peneliti dan Pengembang Situs Sangiran
4.1 G.H.R.
Von Koenigswald
Pada waktu itu, banyak wisatawan yang datang berkunjung ke tempat tersebut,
maka muncullah ide untuk membangun sebuah museum.
Pada awalnya, Museum Sangiran dibangun di atas tanah seluas 1.000 M2 yang
terletak di samping Balai Desa Krikilan. Sebuah museum yang representatif baru
dibangun pada tahun 1980 karena mengingat semakin banyaknya fosil yang
ditemukan dan sekaligus untuk melayani kebutuhan para wisatawan akan tempat
wisata yang nyaman. Bangunan tersebut seluas 16.675 M2 dengan
ruangan museum seluas 750 M2. Bangunan tersebut bergaya Joglo
dan terdiri dari ruang pameran, aula, laboratorium, perpustakaan, ruang audio
visual (tempat pemutaran film tentang kehidupan manusia pra sejarah), gudang
penyimpanan, mushola, toilet, area parkir, dan kios souvenir (khususnya menjual
handicraft “batu indah bertuah” yang bahan bakunya didapat dari Kali
Cemoro).
Di Museum Sangiran terus dilakukan pembenahan dan penambahan bangunan
maupun fasilitas pendukung untuk mempertegas keberadaannya sebagai warisan
dunia yang memiliki peran penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan maupun
untuk menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini.
Museum Sangiran sekarang telah berrevolusi menjadi sebuah museum yang megah
dengan arsitektur modern.
Pada tahun 1936, untuk pertama kalinya Von Koenigswald menemukan Mandibula
(rahang bawah) Pithecanthropus erectus dan cranium (tengkorak)
pada tahun 1937 di tepi Kali Cemoro. Sampai saat ini terdapat lima puluh fosil
manusia purba di Situs Sangiran. Sebagai tambahan informasi, takson Homo
erectus mengalami tiga tahap evolusi, yaitu Homo erectus arkaik (lebih
kekar), Homo erectus tipic (lebih ramping).
4.2 B.D Van Rietschoten
Tokoh ini menemukan
fosil di Wajak,Tuluagung yang dikenal dengan nama Homo Wadjakensispada tahun
1888
4.3 Eugene Dubois
Pada tahun 1887-1891 dokter dari
belanda ini menemukanfosil Pithecantroupus Erectus di Kundung Brubus dan Trinil.
V. Identifikasi
Situs Sangiran sebagai Situs yang Tercatat di UNESCO
Di Sangiran terdapat museum untuk
memajang fosil manusia purba, hewan purba, dan peninggalan-peninggalan purba
lainnya sehingga kita tidak perlu lagi mengelilingi Sangiran yang luas untuk
melihat warisan purba ini. Fosil yang ada di Sangiran salah satunya adalah Meganthropus
palaeojavanicus, spesies-spesies hewan dan tumbuhan yang konon berusia
antara 1,8 juta sampai 700.000 tahun silam.
Pada
penggalian selanjutnya, ditemukan sampai 50 fosil yang berarti temuan fosil
manusia purba tertua yang berjalan tegak selama ini, setengahnya berasal dari
Sangiran. Oleh karenanya, pada
tahun 1996 Sangiran telah diakui United Nations Educational Scientific and
Cultural Organization (UNESCO), salah satu lembaga di bawah PBB, sebagai salah
satu warisan
dunia (World Heritage Site). Sejak itu, Sangiran menjadi surga
penggalian arkeolog dunia yang hingga kini penggalian dan penelitiannya masih
berlangsung.
V1. Data
Penemuan Fosil di Situs Sangiran
6.1 Data Penemuan Fosil Tahun 2008
NO
|
JENIS TEMUAN
|
HARI / TANGGAL & TEMPAT PENEMUAN
|
PENEMU
|
FOTO TEMUAN
|
1
|
Tengkorak
macan
|
Rabu, 27
Februari 2008
|
Ngadinah
35 Tahun
Bukuran RT
11, Kalijambe, Sragen
|
|
2
|
Kepala
Banteng
|
Rabu, 8
Agustus 2008
|
Dafit
Fajar Priyandana
Sragen, 19
- 08 - 1993
Rewungan
RT 11 Jetis Karangpung
Kalijambe,
Sragen
|
|
3
|
Badak
Purba
|
Kamis, 4
Agustus 2008
Grogolan,
Manyarejo, Plupuh
|
Bambang
Sragen, 25
- 08 - 1972
Krikilan,
Kalijambe, Sragen
|
|
4
|
Rahang
Bawah kiri gajah purba
|
Rabu, 8
Agustus 2008
Dangklampok,
Ngebung, Kalijambe
|
Dafit
Fajar Priyandanan
Sragen, 19
- 08 - 1993
Rewungan
RT 11 Jetis Karangpung, Kalijambe
|
|
5
|
Badak
Purba
|
Kamis, 4
Agustus 2008
Grogolan,
Manyarejo, Plupuh, Sragen
|
Bambang
Sragen, 25
- 08 - 1972
Krikilan,
Kalijambe, Sragen
|
|
6
|
Mandibula
|
Kamis, 18
Agustus 2008
Selatan
Dukuh Bubak
|
Lilik
Widiyanto
21 Tahun
Ngampon RT
7 Krikilan, Kalijambe
|
|
7
|
Fragmen hewan
|
Minggu, 24
Agustus 2008
di Kebun
Belakang Rumah
|
Kamdi
53 Tahun
Dk. Padas,
Ds. Ngebung, Kalijabe
|
|
8
|
Homo floresiensis
|
Sabtu, 3
Oktober 2008
Utara Desa
Kertosobo
|
Purwanto
60 Tahun
Bukuran,
Kalijambe, Sragen
|
9
|
Fragmen Tulang Gajah Stegodon
|
Sabtu, 11 Okt 2008
di ladang Bapak Sutadi
|
Sutadi
50 Tahun
Bukuran RT 10, Kalijambe, Sragen
|
|
10
|
Tanduk kiri Badak Purba
|
Kamis, 6 Nov 2008
Barat Dukuh Ngampon
|
Sarindi
46 Tahun
Ngampon, Krikilan, Kalijambe
|
|
11
|
Tanduk Rusa
|
Kamis, 6 Nov 2008
Utara dukuh Wonolelo
|
Ngadino
45 Tahun
Wonolelo, Ngebung, Kaliambe
|
|
12
|
Tempurung kepala manusia mojokertensis
|
Kamis, 13 Nov 2008
Barat Dukuh Bukuran
|
Eka Budiyanto
-
Bukuran, Kalijambe
|
|
13
|
Tempurung Kepala Sambung macan
|
Selasa, 28 Nov 2008
Timur Dukuh Ngrejeng
|
Sri Mulyono
33 Tahun
Pucung, Dayu, Gondangrejo, Karanganyar
|
|
14
|
Rahang Bawah Gajah
|
Sabtu, 29 Nov 208
Timur Dukuh Ngrejeng
|
Supriyanto
27 Tahun
Ngrejeng, Dayu, Gondangrejo, Karanganyar
|
|
15
|
Tengkorak Manusia Ngandong
|
Sabtu, 29 Nov 2008
Timur Dukuh Ngrejeng
|
Sutris
-
Ngrejeng, Dayu, Gondangejo, Karanganyar
|
6.2 DATA PENEMUAN FOSIL TAHUN 2009
NO
|
JENIS TEMUAN
|
HARI / TANGGAL & TEMPAT PENEMUAN
|
PENEMU
|
FOTO TEMUAN
|
1
|
- Kerang
Mutiara
|
Sekitar
Bulan Februari 2009
Dk.
Brangkal, Kec. Gemolong
|
Subur
-
Krikilan,
Kalijambe
|
|
2
|
-molusca
|
Senin, 16
Februari 2009
Dk.
Grogolan, Manyarejo, Plupuh
|
Bambang S
35 Tahun
Krikilan,
Kalijambe
|
|
3
|
-tengkorak
buaya
|
Kamis, 22 Januari
2009
Pucung,
Dayu, Gondanrejo Karanganyar
|
Prato
Suwito
65 Tahun
Pucung RT
1 Dayu, Gondangrejo, Karanganyar
|
|
4
|
-Rahang
Atas Badak Purba
|
Kamis, 22
Januari 2009
Pucung,
Dayu, Gondangrejo Karanganyar
|
Wijianto
45 Tahun
Pucung RT
1 Dayu, Gondangrejo, Karanganyar
|
|
5
|
-Rahang
Bawah Stegodon
-Tulang
Kaki Gajah
|
Kamis, 22
Januari 2009
Pucung,
Dayu, Gondangrejo Karanganyar
|
Tukimin
60 Tahun
Pucung RT
1 Dayu, Gondangrejo, Karanganyar
|
6
|
-Gading
Gajah Stegodon
-Kaki
Gajah
|
Kamis, 26
Februari 2009
Lereng
Utara Dk. Pablengan, Krikilan, Kalijambe
|
Citro
Wiyono
55 Tahun
Pablengan,
Krikilan, Kalijambe
|
|
7
|
Tanduk
Rusa
|
Jum'at 27
Februari 2009
Lereng
Sebelah Timur Ds. Wonolelo, Ngebung, Kalijambe
|
Ngadino
43 Tahun
Wonolelo,
Ngebung, Kalijambe
|
|
8
|
Fragmen Gading
Gajah
|
Rabu, 4
Maret 2009
Dk.
Grogolan, Manyarejo, Plupuh
|
Setu
45 Tahun
Grogolan,
Manyarejo, Plupuh
|
|
9
|
Molusca
|
Rabu, 4
Maret 2009
Dk.
Groolan, Manyarejo, Plupuh
|
Siswanto
50 Tahun
Grogolan
RT 10 Manyarejo, Plupuh
|
|
10
|
- Bola
Batu
|
Selasa, 10
Maret 2009
Dk.
Grogolan, Manyarejo, Plupuh
|
Asmorejo
50 Tahun
Grogolan
RT 10 Manyarejo, Plupuh
|
|
11
|
Tempurung
kura-kura
|
Sabtu, 14
Maret 2009
Lapisan
Tanah Kabuh Atas, Dk. Grogolan, Manyarejo, Plupuh
|
Supardi
49 Tahun
Grogolan,
Manyarejo, Plupuh
|
|
12
|
Crocodillus
|
Sabtu, 14
Maret 2009
Lapisan
Kabuh, Grogolan, Manyarejo, Plupuh
|
Sukirno
36 Tahun
Grogolan
RT 10 Manyarejo, Plupuh
|
VII. Foto – Foto Siswa XI Imersi 2 di Situs Sangiran
Annonymous. 2012. Sejarah Situs
Sangiran. [http://indripelangi.blogspot.com/.
Diakses pada 15 Mei 2012 pukul 12.35]
Annonymous. 2010. Stratigrafi
Sangiran. [http://slamet-triyono.blogspot.com/.
Diakses pada 15 Mei 2012 pukul 12.33]
Annonymous. 2010. Lingkungan Situs
Sangiran. [http://history1978.wordpress.com/.
Diakses pada 17 Mei 2012 pukul 13.00]
Annonymous. 2011. Sangiran Dome. [http://www.indonesia.travel/id.
Diakses pada 17 Mei 2012 pukul 13.00]
Annonymous . 2009. Manusia Purba Di
Indonesia. [http://history1978.wordpress.com/.
Diakses pada 17 Mei 2012 pukul 13.05]
Annonymous . 2009. Museum Sangiran.
[ http://www.visitjawatengah.com/.Diakses
pada 20 Mei 2012 pukul 15.34]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar