Sering kita jumpai dalam surat kabar maupun berita yang berjudul
“Timbangan Buku” atau “Resesnsi”, yang sepintas berita itu kurang diperhatikan
pembaca. Namun bagi penulis yang gemar membaca, timbangan buku ini sudah barang
tentu tak akan dilewatkan begitu saja. Dan kali ini saya akan membahas tentang
resensi buku non-fiksi yang sedang menjadi tugas bahasa Indonesia kelas XII saat
ini di sekolahku.
Ada yang tau apa itu resensi buku
non-fiksi ? Yaps., resensi buku nonfiksi adalah sebuah karya tulis yang bertujuan
untuk mengulas sebuah buku novel, untuk memberikan gambaran kepada orang lain
tentang keberadaan buku novel tersebut secara lengkap, baik dari unsur luar (
ekstrinsik ) buku nonfiksi maupun unsur dalam ( intrinsik ) buku non-fiksi
tersebut. Resensi atau Timbangan Buku adalah berita yang memberikan penilaian
suatu buku yang baru diterbitkan. Penilain apakah buku baru itu baik atau tidak
untuk dibaca.
Sebagaimana dijelaskan dalam dasar materi
bahwa resensi berasal dari bahasa latin yaitu “revidere” atau “recensere” (
kata kerja ) yang mempunyai arti melihat kembali atau menilai. Dalam bahasa
belanda disebut juga “resencie” dan dalam bahasa inggris disebut “review”. Dari
ketiga bahasa tersebut kata resensi mengacu pada sebuah arti kata "
mengulas sebuah buku ".
Seorang resentator/Penulis resensi yang baik, dalam memberikan
pertimbangannya pada sebuah buku yang baru diterbitkan harus memberikan
ulasan-ulasan yang objektif mengenai hal-hal berikut :
Jenis buku
Jenis/bentuk
buku itu apakah berupa novel, biografi, atau yang lain. Selain itu seorang
resentator menyebutkan juga buku termasuk buku fiksi atau nonfiksi.
Keaslian ide
Buku itu apakah
benar-benar merupakan karya asli dari pengarangnya atau merupakan jiplakan maupun
terjemahan dari buku lain yang pernah terbit.
Bentuk
Bagaimana
mengenai bentuk atau format dari buku itu. Apakah bentuknya, kertas, ilustrasi
cover, jenis huruf yang dipakai, dan sebagainya.
Isi dan Bahasa
Dilihat dari
segi isi, resentator perlu memperhatikan unsur-unsur intrinsiknya, yaitu
tentang tema, alur, perwatakan, sudut pandang dan sebagainya. Bahasa dalam buku
itu dapat ditinjau dari segi sruktur kalimat, gaya bahasa/style, ungkapan dan
lain-lain. Apakah bahasa yang digunakan memakai bahasa sehari-hari yang segar
tidak menjemukan, mudah dimengerti oleh pembaca, dan sebagainya. Mudah dipahami
atau sukar diterima pembaca. Pengujian materi mendapat perhatian juga dari
resentator.
Simpulan
Akhirnya seorang
penulis resensi harus dapat menyimpulkan, apakah buku itu baik dan perlu dibaca
atau tidak dengan cara :
• menulis data
buku yang dibaca,
• menulis
ikhtisar isi buku,
• mendaftar
butir-butir yang merupakan kelebihan dan kekurangan buku,
• menuliskan
pendapat pribadi sebagai tanggapan atau isi buku, dan
• memadukan
ikhtisar dan tanggapan pribadi ke dalam tulisan yang utuh.
Prinsip dasar
penulisan resensi buku non-fiksi yakni bertujuan untuk :
1.
memberikan informasi atau
pemahaman tentang sebuah buku nonfiksi (baru) kepada khalayak ramai secara
komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam buku tersebut.
2.
mengajak pembaca untuk memikirkan
dan merenungkan isi dalam sebuah buku non-fiksi
3.
Memberikan pertimbangan kepada
pembaca apakah nonfiksi itu layak dibaca atau tidak
4.
Menjawab pertanyaan yang muncul
jika seseorang bertanya tentang nonfiksi yang baru dijumpai dala hal, siapa
pengarang nonfiksi, mengapa dan bagaimana liku-liku pengarang menulis buku
nonfiksi tersebut, apa yang dapat ditemukan dalam buku nonfiksi tersebut,
bagaimana hubungan buku nonfiksi tersebut dengan buku yang sejenis dan
bagaimana hubungan dengan buku yang sejenis dengan karya pengarang yang sama
maupun dengan buku lain dan karya pengarang yang lain pula.??
Untuk kalangan
tertentu resensi buku nonfiksi bertujuan sebagai berikut :
1.
Dengan membaca resensi buku
nonfiksi akan mendapatkan bimbingan dalam memahami isi buku nonfiksi mulai dari
penggunaan kebahasaan buku nonfiksi dan lain sebagainya.
2.
Dengan membaca resensi buku
nonfiksi dapat memberikan gambaran tentang pengarang dan keberadaannya kepada
kalangan masyarakat secara nyata.
Sebuah resensi
harus memuat hal-hal sebagai berikut.
1. Data buku
atau identitas buku
a. Judul buku
Jika buku yang akan kamu resensi adalah
buku terjemahan, akan
lebih baik jika kamu menuliskan judul asli
buku tersebut.
b. Penulis atau pengarang
Jika buku yang diresensi adalah buku terjemahan,
kamu harus
menyebutkan penulis buku asli dan
penerjemah.
c. Nama penerbit
d. Cetakan dan tahun terbit
e. Tebal buku dan jumlah halaman
2. Judul Resensi
Judul resensi boleh sama dengan judul buku,
tetapi tetap dalam konteks buku itu.
3. Ikhtisar Isi
Buku
Dalam meresensi buku, seorang peresensi harus menulis buku yang
hendak diresensi. Ikhtisar adalah bentuk singkat dari suatu karangan atau
rangkuman. Ikhtisar merupakan bentuk singkat karangan yang tidak mempertahankan
urutan karangan atau buku asli, sedangkan ringkasan harus sesuai dengan urutan
karangan atau buku aslinya.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam
membuat ikhtisar isi buku adalah sebagai berikut.
a. Membaca
naskah/buku asli
Penulis ikhtisar harus membaca buku asli
secara keseluruhan untuk
mengetahui gambaran umum, maksud, dan sudut
pandang pengarang.
b. Mencatat
gagasan pokok dan isi pokok setiap bab
c. Membuat
reproduksi atau menulis kembali gagasan yang dianggap
penting ke dalam karangan singkat yang
mempunyai satu kesatuan yang padu.
4. Kelebihan dan Kekurangan Buku
Penulis resensi harus memberikan penilaian
mengenai kelebihan dan kelemahan buku yang disertai dengan ulasan secara
objektif.
5. Kesimpulan
Penulis resensi harus mengemukakan apa yang
diperolehnya dari buku yang diresensi dan imbauan kepada pembaca. Jangan lupa
cantumkan nama kamu selaku peresensi.
Perhatikan
contoh resensi berikut!
1.
Judul : Pesona Barat: Analisa
Kritis-Historis tentang Kesadaran Warna
Kulit di Indonesia
Penulis : Vissia Ita Yulianto
Penerbit: Jalasutra, Yogyakarta
Cetakan : 1, 2007
Tebal : xvii+170 halaman
KETERPESONAAN “TIMUR” TERHADAP “BARAT
Definisi “cantik” kini sudah mengalami pergeseran makna.
Idealisme kecantikan yang terdapat dalam kakawin-literatur pada zaman budaya
Jawa, belum mempunyai hubungan atau kontak dengan budaya Barat menunjukkan
kecantikan diasosiasikan dengan alam, seperti bunga, gunung, laut, dan padanan
lainnya.
Di era 1980-an, perempuan Indonesia tersihir dengan kosmetik
lokal yang menjanjikan kulit kuning langsat bak putri keraton. Kini, cantik
dinarasikan dengan warna kulit yang putih, badan tinggi semampai, dan wajah
Indo. Hal ini terepresentasi dengan munculnya berbagai iklan yang menawarkan
produk pemutih kulit dan wajah Bagi masyarakat, khususnya perempuan Indonesia,
memiliki kulit putih bukan semata-mata karena warna kulitnya saja, tetapi juga
semua simbol yang melekat padanya: prestise, percaya diri, superioritas, dan
dipandang sebagai satu representasi “Barat”.
Buku ini menyajikan sebuah konteks bagaimana kolonialisme
Belanda, refeodalisme rezim Orde Baru, dan kapitalisme global menjadi sebuah
sinergi dalam membentuk kesadaran tentang dan perilaku terhadap warna kulit di
Indonesia kontemporer. Di bawah kolonialisme Belanda, politik diskriminasi dan
pemaksaan budaya mengakibatkan berakarnya mentalitas inlander (konsep rendah
diri) dalam masyarakat pribumi. Menganggap “Barat” sebagai bangsa yang lebih unggul, merasa rendah diri di
hadapan mereka, serta masih adanya mental inlander inilah yang dimaksud penulis
sebagai keterpesonaan bangsa “Timur” yang “terjajah” terhadap “Barat”.
2.
Judul Buku : Cerdas Bahasa
Indonesia Untuk SMA/MA Kelas XXI
Pengarang : Engkos Kosasih
Penerbit : Erlangga
Kota Terbit : Jakarta
Tahun : 2008
Harga : Rp 25.000,-
Jenis Kertas : HVS
Menuntut ilmu
itu wajib atas tiap Muslimin dan Muslimah. [Al-Hadits]
“Barang siapa
yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan mempermudah
jalannya menuju surga.” (HR.Muslim)
Jika ada yang memahami hadits di atas secara tekstual. Secara
tekstual, Hadits di atas memang mewajibkan ummat Islam untuk menuntut ilmu. Kewajibannya
adalah wajib ain, artinya wajib bagi setiap ummat Islam.
Buku bersampul hijau dan kuning ini berisi 196 halaman dan
terdapat 8 bab,4 bab pada pembahasan pertama, 4 bab lainnya pada pembahasan
kedua. Pada pembahasan pertama yaitu kegiatan bersama, Bab I tertulis pada
halaman 1, BAB II terdapat pada halaman 25, BAB III (Keperluan Hidup) tertuang
dalam halaman 47, Bab IV berisi “Melejitkan Potensi Diri” tertulis pada halaman
73. Pada pembahasan yang kedua yaitu Bab V pada halaman 103 membahas menghargai
kretivitas, Bab VI membahas tentang “Budaya Daerah” bab ini tertulis pada
halaman 125, Bab VII membahas tentang “Menguasai Ilmu Pengetahuan”, Bab VIII
membahas tentang “Kegiatan Berkesan”. Pada akhir buku ini terdapat Epilog
ditulis pada sampul belakang.
Di dalam buku ini juga dilampirkan tokoh-tokoh atau sosok cerdas
yang ada disetiap awal bab pembelajaran baru. Sehingga hal tersebut dapat
membuat pembaca atau memotivasi pembaca untuk meneladaninya. Serta, dalam buku
ini pembaca diharapkan menjadi orang yang cerdas berbahasa Indonesia.
Buku ini mengandung MISI untuk menghidupkan potensi pembaca agar
benar-benar cakap berbahasa Indonesia dengan tetap berciri orang Indonesia.
Berkarakter bangsa merupakan misi lainnya pula dari buku ini. Banyak fitur-fitur
yang di sertakan dalam buku ini yaitu; Apresiasi, Lintas Akademika, Studi
Lapangan, Studi Pustaka, Telusur Makna, Tes Kognitif, Uji Kompetensi, dan
Refleksi Diri yang dapat menuntun pembaca menjadi pribadi yang cerdas dan
bekerja sama.
Dalam akhir atau kover belakang buku terdapat epilog menjelaskan
visi-visi khusu dalam setiap jilidnya, salah satunya Lerning To Be (merupakan
visi buku kelas XII jilid ke 3. Berdasarkan visi tersebut Anda diajak untuk
meneladani tokoh yang ditampilkan, yakni Sosok Cerdas. Dengan cara begitu, Anda
diharapkan untuk dapat tertarik untuk mempelajari pelajaran tersebutdan
termotivasi mengikuti jejak langkah tokoh.
Kegiatan-kegiatan dalam buku ini sesungguhnya mengarahkan
pembaca untuk selalu santun berbahasa, mengajak pula untuk selalu peduli pada
dunia sekitar, dan asyik bekerja sama.
Penulis menggunakan kalimat yang berpanjang lebar dalam
menerangkan permasalahan tetapi gampang dimengerti. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia yang santun, baik dan benar.
Gaya penulis menuangkan idenya adalah dengan gaya bercerita, itu
dilihat dari tulisan penulis yang menjelaskan sesuatu dengan contoh hal ini
mempermudah pembaca memahami suatu pembahasan.
Dengan melakukan pendekatan-pandekatan yang terdapat buku ini
menjadi kelebihan tersendiri, namun terdapat kekurangan pada buku ini yaitu
catakannya yang berwarna hitam putih dan secara kasat mata gambar yang
ditampilkan kurang jelas. Hal ini dapat mengurangi minat pembaca untuk membaca
buku ini
Dibandingkan dengan buku lainnya buku ini lebih mudah dimengerti
dan bagi anda pembaca buku ini sangat mudah untuk mengaplikasinya.
Buku ini berguna bagi siapa saja terutama bagi para pelajar saja
yang ingin belajar berbahasa Indonesia, buku ini juga cocok buat para pembaca
lain yang ingin belajar berbahsa Indonesia karena terdapat pembahasan mudah
dimengerti.
Penulis menggunakan kalimat yang berpanjang lebar dalam
menerangkan permasalahan tetapi gampang dimengerti. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia yang santun, baik dan benar.
Semua itu tergantung pada pembaca yang ingin menambah wawasan
tentang Berbahasa Indonesia, karena saya hanya mengenalkan bagaimana buku
tersebut, dan saya menjelaskan apa adanya.
source :
iwanbahasadansastra.blogspot.com , Kompas,
26 Agustus 2007 , www.crayonpedia.org , dinarwahyu.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar