Semua teh berasal dari
satu jenis pohon, yaitu Camellia
sinensis. Hanya saja sebutan untuk teh disetiap tempat yang berbeda. Di
Sunda, teh biasa disebut dengan enteh,
di Cina disebut dengan pu erh cha, di
Prancis dikenal sebagai tehler, di
Jerman disebut dengan teestrauch, di
Italia dinamai te, di Portugis
disebut dengan cha da india, dan di
Inggris disebut dengan tea. Tanaman teh
umumnya di ketinggian 200 - 2.300 meter di atas permukaan laut. Ada dua
kelompok varietas assamica yang
berasal dari Assam di India dan varietas sinensis
yang berasal dari Cina.
Daun teh mengandung
zat-zat seperti kafein (2-3%), tehobromin, tehofilin, tanin, xanthine, adenine,
minyak asiri, quersetin, dan natural fluoride. Setiap 100 gram daun teh
mempunyai kalori 17 kj dan mengandung 75-80% air, 16-30% katekin, 20% protein,
4% karbohidrat, 2,5-4,5% kafein, 27% serat, dan 6% pektin.
Kafein dalam teh
mempercepat pernapasan serta merangsang susunan saraf pusat dan aktivitas
jantung. Teholifin mempunyai efek diuretik kuat, menstimulir kerja jantung, dan
melebarkan pembuluh darah koroner. Dari hasil penelitian, flavonoid yang
merupakan antioksidan polivenol pada teh pampu memperkuat dinding sel darah
merah dan mengurangi kecenderungan trombosis dan aterosklerosis (penyumbatan)
di pembuluh darah sehingga akan mengurangi risiko kematian akibat jantung
koroner. (Andi Nur Alam Syah,2006:36-37)
Secara umum, komposisi setiap
pucuk daun teh kaya akan antioksidan polifenol seperti katekin, flafonol,
teaflavin, dan tearubigin (lihat tabel 1). Senyawa antioksidan ini dipercaya
sebagai komponen aktif yang memberikan manfaat bagi kesehatan. Antioksidan ini
dapat memperbaiki kerusakan sel dan dinding pembuluh darah akibat radikal.
Senyawa tersebut juga dapat menekan terjadinya penggumpalan darah (trombus)
sehingga menurunkan risiko serangan jantung.
Tabel 1. Komposisi pucuk daun teh (% berat kering)
Bagian Dari Sel
|
Senyawa
|
Total
|
Yang Larut Dalam Air
|
Dinding sel
(cell wall)
|
Selulosa
|
24,0
|
0,0
|
Lignin
|
6,5
|
2,3
|
|
Protoplasma
(outer cell membrane)
|
Protein
|
17,0
|
0,0
|
Lemak
|
8,0
|
0,0
|
|
Tepung
|
0,5
|
0,0
|
|
Vakuola
(Inner cell membrane)
|
Polifenol/katekin
|
22,0
|
22,0
|
Kafein
|
4,0
|
4,0
|
|
Asam amino
|
7,0
|
7,0
|
|
Asam gula
|
3,0
|
3,0
|
|
Asam organik
|
3,0
|
3,0
|
|
Abu/mineral
|
5,0
|
4,0
|
|
Jumlah
|
100,0
|
45,3
|
(sumber : Andi Nur Alam Syah,2006 :47)
2.2.1 Katekin
Diantara beberapa
senyawa kimia yang paling besar peranannya dalam pembentukan cita rasa dan
berbagai khasiat istimewa teh adalah katekin. Senyawa katekin ini termasuk
dalam golongan polifenol. Katekin dalam teh merupakan komponen utama non-serat
yang mendominasi 16-30% berat kering teh. Semakin tinggi katekin dalam produk teh
yang dikonsumsi, semakin maksimal cita rasa, penampilan, sifat, dan khasiatnya.
Multipotensi katekin
itu membuka peluang teh untuk digunakan secara lebih luas, bukan sekadar
minuman pemberi rasa nikmat. Sudah lama kegunaan teh berkembang untuk kesehatan
dan pengobatan. Ilmu kedokteran modern bahkan mulai mengakui kegunaan teh
dengan katekinnya untuk melawan penyakit-penyakit modern, seperti gangguan
pembuluh darah, kelebihan kolesterol, tumor dan kanker.
Industri pangan mulai
menggunakan teh sebagai bahan pewarna, pemberi rasa dan aroma, serta pengawet.
Industri yang mengandalkan senyawa katekin teh sebagai bahan baku ini telah
meluas, meliputi industri farmasi, kimia, makanan dan industri kosmetik. (Andi Nur Alam Syah,2006:40-41)
Tabel 2. Komponen utama katekin pada daun teh segar
Komponen
|
Kadar katekin (%bk)
|
Katekin
|
1-2
|
Epikatekin
|
1-3
|
Epikatekin galat
|
3-6
|
Gallokatekin
|
1-3
|
Epigallokatekin
|
3-6
|
Epigallokatekin galat
|
7-13
|
Total
|
16-30
|
(sumber : Andy Nur
Alam Syah, 2006:42)
Jumlah atau kandungan
katekin ini juga bervariasi untuk masing-masing jenis teh. Adapun katekin teh
yang utama adalah epicatechin (EC), epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin
(EGC), dan epigallocatechin gallate (EGCG). Katekin teh memiliki sifat tidak
berwarna, larut air, serta membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh.
Hampir semua sifat produk teh termasuk di dalamnya rasa, warna dan aroma,
secara langsung maupun tidak, dihubungkan dengan modifikasi pada katekin ini.
Misalnya degalloasi dari katekin
ester menjadi katekin non-ester dapat menurunkan rasa pahit dan sepat dari teh
hijau.
Tabel 3. Kadar Katekin dari Berbagai
Jenis Teh
Teh Pucuk Segar
|
Substansi Katekin (% berat kering)
|
|||||
Catechin
|
EC
|
EGC
|
ECG
|
EGCG
|
Total
|
|
Teh hitam orthodox
|
0,24
|
0,79
|
3,54
|
1,48
|
2,21
|
8,24
|
teh hitam CTC
|
0,23
|
0,27
|
4,24
|
1,03
|
1,25
|
7,02
|
Teh hijau ekspor
|
0,10
|
0,54
|
6,35
|
1,06
|
3,53
|
11,60
|
Teh hijau lokal
|
0,08
|
0,41
|
6,39
|
0,65
|
3,28
|
10,81
|
Teh wangi
|
0,10
|
0,35
|
5,96
|
6,64
|
2,23
|
9,28
|
Pucuk segar GMB 1
|
0,70
|
2,62
|
2,17
|
1,22
|
7,89
|
14,60
|
Pucuk segar GMB 2
|
0,80
|
1,41
|
0,61
|
1,92
|
9,43
|
14,15
|
Sencha (Jepang)
|
0,07
|
0,41
|
2,96
|
0,26
|
1,36
|
5,08
|
Oolong (China)
|
0,14
|
0,20
|
2,24
|
0,43
|
3,14
|
6,73
|
Teh wangi (China)
|
0,15
|
0,39
|
3,81
|
0,69
|
2,43
|
7,47
|
(sumber : Ir.Arif Hartoyo,M.S.,2003:16)
Berbagai produk yang
menggunakan ekstrak katekin teh hijau telah dikembangkan di antaranya
produk-produk minuman, suplemen makanan, permen, kosmetika, hewan ternak,
perabotan rumah tangga, dan lain-lain. (Andi
Nur Alam Syah,2006:44)
2.2.2 Flafonol
Flafonol utama yang ada
di dalam teh adalah quercetin, kaempferol dan myricetin. Flafonol ini, terutama
yang terdapat dalam bentuk glikosida-nya (berikatan dengan molekul gula) dan
sedikit dalam bentuk aglikon-nya. Jumlah flafonol teh ini bervariasi,
tergantung pada beberapa hal, misalnya suhu dan cara ekstraksi yang digunakan.
Jumlah tersebut dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel
4. Jumlah Flafonol pada Teh
Jenis Flavonol
|
Jumlah (/kg)
|
|
Teh Hijau
|
Teh Hitam
|
|
Myricetin
|
0,83 – 1,59
|
0,24 – 0,52
|
Quercetin
|
1,79 – 4,05
|
1,04 – 3,03
|
Kaempferol
|
1,56 – 3,31
|
1,72 – 2,31
|
(sumber : Ir.Arif
Hartoyo, M.S.,2003 :17)
2.2.3 Teavin dan Tearubigin
Dalam proses pembuatan teh
hitam, katekin dioksidasi secara enzimatis membentuk pigmen teh hitam yaitu tehaflavin dan teharubigin. Secara garis besar, terdapat empat jenis tehaflavin
2,3’-digallate, yang terbentuk karena adanya reaksi yang terjadi antara quinon
(turunan katekin).
Selama proses oksimatis
(oksidasi enzimatis) pada teh hitam, sebagian besar katekin yang mejrupakan
underbow polifenol diubah menjadi tehaflavin dan teharubigin atas jasa baik
enzim polifenol oksidase dan oksigen. Dibandingkan dengan katekin, popularitas tehaflavin
dan teharubigin belum begitu dikenal luas.
Hal ini dikarenakan
sebagian besar publikasi tentang teh berasal dari Jepang dan China yang
notabene adalah produsen teh hijau. Secara teoritis, teh hijau tidak mengandung
tehaflavin maupun teharubigin. Pada proses pengolahan teh hijau, enzim
polifenol oksidase diinaktivasikan dengan bantuan panas. Sebaliknya, pada
proses pengolahan teh hitam, enzim polifenol dioksidasi untuk menghasilkan tehaflavin
dan teharubigin. Proses pembentukan senyawa tehaflavin dan teharubigin dapat
dilihat pada gambar 1. berikut ini.
Gambar
1. Proses Pembentukan Senyawa Tehaflavin dan Teharubigin
(sumber : google gambar)
Bersama-sama
dengan kafein, tehaflavin memberi kesan segar dalam seduhan teh. Rasio antara tehaflavin
dan kafein pada kondisi tertentu dapat menghasilkan seduhan teh yang sangat
segar. Namun demikian, dalam kondisi dingin kedua senyawa tersebut akan
menyebabkan creaming down suatu keadaan dimana seduhan teh terlihat keruh.
Meski adanya creaming down tersebut tidak sedap dipandang mata, namun hal
tersebut merupakan pertanda bahwa seduhan teh tersebut mempunyai kualitas yang
baik.
Teharubigin
yang jumlahnya jauh lebih tinggi baik dibandingkan dengan tehaflavin maupun
kafein keberadaannya jarang disebut-sebut sebagai penentu kualitas rasa seduhan
teh. Keberadaan teharubigin lebih ditekankan pada perannya terhadap warna
seduhan. Teharubigin merupakan senyawa alami dalam teh hitam yang memberikan
warna merah kecoklatan. Sedangkan tehaflavin sendiri memberikan warna kuning
kemerahan. Komposisi tehflavin, teharubigin dan kafein dalam creaming down
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5. Komposisi Tehaflavin,
Teharubigin dan Kafein
Parameter
|
Tehaflavin
|
Teharubigin
|
Kafein
|
Ekstrak the
|
1,48
|
12,80
|
2,78
|
Ekstrak tanpa krim
|
0,56
|
9,20
|
1,80
|
Krim
|
0,92
|
3,60
|
0,98
|
% Komposisi
|
17,00
|
66,00
|
17,00
|
Rasio
|
1
|
4
|
1
|
Meski
tidak sebanyak publikasi katekin, tehaflavin dan teharubigin juga mampu memberikan
kontribusi yang cukup signifikan terhadap efek kesehatan. Tehaflavin dan teharubigin
juga terbukti mampu mencegah berkembangnya sejumlah penyakit degeneratif
seperti kanker, diabetes, atehrosklerosis, jantung dan penyakit papan atas
lainnya.
Bahkan beberapa publikasi menyatakan bahwa tehaflavin
lebih potensial dibandingkan dengan katekin. Kenyataan ini dinilai sangat
beralasan mengingat secara struktur, tehaflavin merupakan kombinasi dari
Epicatechin (EC) dengan Epigallocatechin (EGC). Tentunya pernyataan ini
bukanlah isapan jempol belaka. Penjelasan diatas dapat dilihat dalam Paten Amerika berjudul Producing
of Tehaflavin, No.6,113,965 yang diterbitkan pada tanggal 5 September 2000. (http://rumahteh.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar